Kamis, 08 Oktober 2015

TUGAS BULAN 1

Bahasa merupakan salah satu faktor pendukung kemajuan suatu bangsa karena bahasa merupakan sarana untuk membuka wawasan bangsa (khususnya pelajar dan mahasiswa) terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang. Dengan kata lain, bahasa merupakan sarana untuk menyerap dan mengembangkan pengetahuan. Pada umumnya, negara maju mempunyai struktur bahasa yang sudah modern dan mantap.
Pemodernan bahasa merupakan suatu hal yang sangat penting. Di Jepang,  misalnya, usaha pemodernan bahasa Jepang yang dirintis sejak restorasi Meizi telah mampu menjadi katalisator perkembangan ilmu dan teknologi di Jepang. Dengan pemodernan bahasa, semua sumber ilmu pengetahuan dan teknologi dapat diterjemahkan ke dalam bahasa Jepang dengan cermat sehingga wawasan berpikir bangsa Jepang dapat dikembangkan secara intensif lewat usaha penerjemahan secara besar-besaran.
Bahasa Indonesia memiliki setidaknya dua peranan yang masing masing peranan memiliki fungsi. Peranan yang pertama yaitu peranan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara dan peranan Bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional.
Seperti yang tercantum pada Undang-undang 1945, bab XV,pasal 36, tertulis bahwa Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia . 

Fungsi Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa:
    
            Sebagai Bahasa Resmi kenegaraan, artinya Bahasa Indonesia sering digunakaan dalam situasi-situasi formal. Seperti saat sidang MPR, dapat dibayangkan bagaimana bila pemimpin sidang tersebut menggunakan bahasa daerahnya tentu apa yang menjadi tujuan sidang tidak akan tersampaikan karena hanya sebagian orang yang mengerti.

              Sebagai bahasa Pengantar pendidikan, sama halnya seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Dalam situasi formal seperti di sekolah, pengunaan Bahasa Indonesia tentu sangat diperlukan agar isi informasi dapat tersampaikan. Walaupun tidak menutup kemungkinan seorang pengajar menggunakan bahasa daerah yang umum agar pembelajaran terasa lebih akrab.

Sebagai Alat penghubung tingkat nasional, sebagai Negara yang terdiri dari berbagai suku bangsa, tentunya yang juga berbagai bahasa, dalam event nasional diperlukan bahasa penghubung yang dapat dimengerti oleh semua orang.
            
             Sebagai Alat pengembang Ilmu pengetahuan dan Teknologi, contohnya dalam sebuah skripsi atau tesis yang wajib menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Fungsi Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara Nasional yaitu:
             
             Sebagai Lambang kebanggaan bangsa, tentu kita patut bangga pada Bahasa Indonesia karena tidak semua Negara di dunia ini memiliki bahasa nasional. Seperti Negara singapura yang didalamnya tidak menggunakan bahasa singapura melainkan bahasa inggris.
            
             Sebagai Identitas Bangsa, bila kita menggunakan Bahasa Indonesia di luar negeri masyarakat disana pasti akan langsung mengenali bahasa tersebut dari Indonesia karena tidak ada Negara lain yang menggunakan Bahasa Indonesia.
            
             Alat pemersatu dan penghubung antar daerah, artinya Bahasa Indonesia menjadi pemersatu bahasa Tradisional yang terdapat di Indonesia.


Peranan Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Negara:
1.    Bahasa sebagai alat komunikasi.
2.    Bahasa sebagai alat pengekspresian diri.
3.    Bahasa sebagai kontrol sosial.
4.    Bahasa sebagai alat intergrasi dan adaptasi sosial dalam lingkungan.


Setelah mengetahui Bahasa Indonesia memiliki peranan penting bagi kehidupan, apakah kita semakin tertarik menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar? Muncul suatu pertanyaan apakah sebenarnya yang dimaksud Bahasa Indonesia yang baik dan benar itu?. Sesungguhnya pengertian bahasa yang baik dan benar bukanlah berarti kita mengunakan bahasa yang resmi dimanapun kita berada.


Sebagai contoh, pernahkah kita merasakan canggung bila menggunakan bahsa Indonesia resmi dalam percakapan sehari-hari antar teman? Jawabannya tentu saja ya. Hal ini dapat menunjukan bahasa yang baik adalah bahasa yang pengunaannya tepat dan sesuai dengan situasi dan kondisi yang sedang terjadi. Sementara bahasa yang benar adalah bahasa konsisten menerapkan kaidah-kaidah bahasa semacam EYD.
2.1 Ragam Bahasa
             Ragam Bahasa itu sendiri ialah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta menurut medium pembicara. Ragam bahasa yang oleh penuturnya dianggap sebagai ragam yang baik , yang biasa digunakan di kalangan terdidik, di dalam karya ilmiah (karangan teknis, perundang-undangan), di dalam suasana resmi, atau di dalam surat menyurat resmi (seperti surat dinas) disebut ragam bahasa baku atau ragam bahasa resmi.
              Menurut Dendy Sugono (1999 : 9), bahwa sehubungan dengan pemakaian bahasa Indonesia, timbul dua masalah pokok, yaitu masalah penggunaan bahasa baku dan tak baku. Dalam situasi remi, seperti di sekolah, di kantor, atau di dalam pertemuan resmi digunakan bahasa baku. Sebaliknya dalam situasi tak resmi, seperti di rumah, di taman, di pasar, kita tidak dituntut menggunakan bahasa baku.
Macam dan jenis ragam bahasa:   
1. Ragam bahasa pada bidang tertentu seperti bahasa istilah hukum, bahasa sains, jurnalistik, dsb.  
 2. Ragam bahasa pada perorangan atau idiolek seperti gaya bahasa mantan presiden soeharto, gaya bahasa binyamin s, dsb.   
3. Ragam bahasa pada sekelompok anggota masyarakay suatu wilayah seperti dialeg bahasa madura, medan, sunda, dll.  
 4. Ragam bahasa pada masyarakat suatu golongan seperti ragam bahasa orang akademisi berbeda dengan ragam bahasaorang jalanan.   
5. Ragam bahasa pada bentuk bahasa seperti bahasa lisan dan bahasa tulisan.  
6. Ragam bahasa pada suatu situasi seperti ragam bahasa formal dan informal.
Bahasa lisan lebih ekspresif dimana mimik, intonasi, dan gerakan tubuh dapat bercampur menjadi satu untuk mendukung komunikasi yang dilakukan. Lidah setajam pisau atau silet oleh karena itu sebaiknya dalam berkata-kata sebaiknya tidak sembarangan dan menghargai serta menghormati lawan bicara atau target komunikasi. Bahsa isyarat atau gestur atau bahasa tubuh adalah salah satu cara berkomunikasi melalui gerakan-gerakan tubuh. Bahasa isyarat digunakan permanen oleh penyandang cacat karena mereka mempunyai bahasa sendiri.
Banyak situasi yang menyebabkan bahasa punah. Sebuah bahasa punah ketika bahasa itu berubah bentuk menjadi famili bahasa-bahasa lain.Orang indonesia kini boleh jadi tidak mengerti bahasa melayu yang digunakan di indonesia awal abad ke-20. Karena bahasa indonesia saat ini berasal dari bahasa melayu yang telah mengalami infusi kata-kata bahasa asing. Bisa dikatakan bahasa melayu bermetamorfosis dalam bahasa indonesia. Kelak kalau bahasa indonesia makin berkembang dan demikian pula bahasa melayu malaysia kemungkinan bahasa melayu akan punah. Karena pengaruh globali sasi dan IPTEK menyebabkan masyarakat indonesia menganggap bahasa indonesia itu :   
 * Tidak gaul.    
* Terlalu formal.
Rapuhnya bahasa indonesia disebabkan :    
* Tergerus arus globalisasi.    
* Kemungkinan banyak oran yang tidak menyukai peraturan bahasa indonesia.    
* Tidak adanya relasi masyarakat dengan pemerintah tentang pembudidayaan.
Selain bahasa asing, bahasa daerah juga memberi pengaruh pada perkembangan bahasa indonesia. Karena bahasa indonesia mungkin dianggap terlalu formal untuk dipakai sehair-hari. Tidak apa-apa sebenarnya bahasa asing menyerap kedalam bahasa indonesia. Sebagai bahasa yang terbuka, bahasa indonesia harus luwes menerima unsur bahasa lain.
Bahasa indonesia mengenal dua macam serapan yakni :    
* Unsur asing yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa indonesia.    
* Unsur asing yang pengucapan dan penulisannya telah disesuaikan dengan kaidah bahasa indonesia.
Ragam dari segi sudut pandangan bidang atau pokok persoalan :
Ragam Bahasa Bisnis
Ragam bahas bisnis adalah ragam bahasa yang digunakan dalam berbisnis, yang biasa digunakan  oleh para pebisnis dalam menjalankan bisnisnya
Ragam Bahasa Hukum
Ragam bahasa hukum adalah bahasa Indonesia yang corak penggunaan bahasanya khas dalam dunia hukum, mengingat fungsinya mempunyai karakteristik tersendiri, oleh karena itu bahasa hukum Indonesia haruslah memenuhi syarat-syarat dan kaidah-kaidah bahasa Indonesia.
Ragam Bahasa Fungsional
Ragam bahasa fungsional adalah ragam bahasa yang dikaitkan dengan profesi, lembaga, lingkungan kerja atau kegiatan tertentu lainnya. Ragam fungsional juga dikaitkan dengan keresmian keadaan penggunaannya.
Ragam Bahasa Sastra
Ragam bahasa sastra adalah ragam bahasa yang banyak menggunakan kalimat tidak efektif. Penggambaran yang sejelas-jelasnya melalui rangkaian kata bermakna konotasi sering dipakai dalam ragam bahasa sastra.
Ragam Bahasa Tulis
Adalah ragam bahasa yang digunakan melalui media tulis, tidak terkait ruang dan waktu sehingga diperlukan kelengkapan struktur sampai pada sasaran secara visual atau bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya. Dalam ragam tulis, kita berurusan dengan tata cara penulisan dan kosakata.
Ragam Bahasa Berdasarkan Penutur
1.    Ragam daerah disebut (logat/dialek). Luasnya pemakaian bahasa dapat menimbulkan perbedaan pemakaian bahasa. Bahasa Indonesia yang digunakan oleh orang yang tinggal di Jakarta berbeda dengan bahasa Indonesia yang digunakan di Jawa Tengah, Bali, Jayapura, dan Tapanuli. Masing-masing memilikiciri khas yang berbeda-beda. Misalnya logat bahasa Indonesia orang Jawa Tengah tampak padapelafalan/b/pada posisiawal saat melafalkan nama-nama kota seperti Bogor, Bandung, Banyuwangi, dll. Logat bahasa Indonesia orang Bali tampak pada pelafalan /t/ seperti pada kata ithu, kitha, canthik, dll.
2.    Ragam pendidikan adalah Bahasa Indonesia yang digunakan oleh kelompok penutur yang berpendidikan berbeda dengan yang tidak berpendidikan, terutama dalam pelafalan kata yang berasal dari bahasa asing, misalnya fitnah, kompleks,vitamin, video, film, fakultas. Penutur yang tidak berpendidikan mungkin akan mengucapkan pitnah, komplek, pitamin, pideo, pilm, pakultas. Perbedaan ini juga terjadi dalam bidang tata bahasa, misalnya mbawa seharusnya membawa, nyari seharusnya mencari. Selain itu bentuk kata dalam kalimat pun sering menanggalkan awalan yang seharusnya dipakai.

2.2 EYD (Ejaan Yang Disempurnakan) Dan Tanda Baca
Ejaan yang disempurnakan memuat kaidah-kaidah bahasa Indonesia, seperti  penulisan huruf, penulisan kata, penulisan tanda baca dan penulisan unsur serapan. Penulisan huruf berkaitan dengan aturan penulisan nama diri, nama jenis, nama sebutan dan huruf pada lambang bilangan. Penulisan kata berkaitan dengan aturan penulisan kata baku, kata depan, kata ulang, gabungan kata dan bentuk singkatan/akronim. Penggunaan tanda-tanda baca dan aturan penyerapan kata asing yang menjadi kosakata bahasa Indinesia.  EYD ini hendaknya menjadi acuan/patokan dalam berbahasa Indonesia agar tidak terjadi kesalahan.
Nama diri yang diatur penulisannya dalam pedoman umum EYD berhubungan dengan :

1.     nama gelar kehormatan, keturunan, keagamaan, dan gelar keilmuan yang diikuti nama orang
contoh  kalimat:
a.      Doktor cendekiawan dikenal sebagai pemberi harapan palsu.
b.     Haji sandhi seorang yang pintar dalam berhitung.

2.     nama jabatan pangkat yang diikuti nama orang, instansi atau tempat
contoh kalimat:
a.     Walikota depok  membuat peraturan satu hari tanpa nasi.
b.     Kolonel sandhhi faturahman adalah colonel terbaik.

3.     nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa
contoh kalimat:
a.     Pulau Jawa terpadat  penduduknya  di Indonesia.
b.     Bahasa Indonesia belum menjadi tuan rumah di negaranya sendiri.

4.     nama tahun, bulan, hari, hari raya dan peristiwa sejarah
contoh kalimat:
a.     tragedi mina terjadi pada tahun 1436 Hijriah.
b.     pada tahun 2014 real Madrid menjadi juara liga champion untuk yang ke 10.

5.     nama khas geografi
contoh kalimat:
a.      Salah satu daerah pariwisata di Sumatera adalah Danau Toba.
b.     Pulau Jawa dan Pulau Sumatera dihubungkan oleh Selat Sunda.

6.     nama buku, majalah, surat kabar dan judul karangan
contoh kalimat:
a.      Ayu Utami mengarang novel Saman.
b.     “Kiat Mengatasi Gejala Penyakit Kejiwaan”.


 Huruf pada nama julukan atau sebutan

Nama julukan atau sebutan lain dari sebuah nama diri diperlakukan sebagai nama diri dan dituliskan dengan huruf awal kapital.
Contoh kalimat:
a.      Dia tinggal di Bandung, yang mendapat julukan Kota Kembang
b.     Aceh (Serambi Mekah) dikejutkan oleh peristiwa gempa bumi dan tsunami.
c.     Dia lebih dikenal sebagai Pak Raden daripada Suryadi.
Kota Kembang, Serambi Mekah, dan pak Raden dituliskan dengan huruf awal kapital karena digunakan sebagai pengganti nama diri atau sebagai nama lain.


Huruf pada lambang bilangan

Angka digunakan untuk menuliskan lambing bilangan atau nomor yang dinyatakan dengan angka Arab (1,2,3,4…) atau angka Romawi (I,II,III,IV…). Kaidah penggunaan angka  antara lain untuk:
1.     menyatakan ukuran panjang, berat, luas dan isi. Misalnya 5 meter, 2 ons dan 100 meter
2.     menyatakan satuan waktu, misalnya 5 jam 30 menit
3.     menyatakan nilai uang, misalnya Rp 5.000,00, US$ 2,500.00, 100 yen
4.     menyatakan kuantitas, misalnya 30 persen, 27 murid
5.     melambangkan nomor yang diperlukan pada alamat. Misalnya Cempaka Putih Tengah IV, No. 53.
6.     memberi nomor bagian karangan dan ayat suci, misalnya
Bab IX, subbab 13, halaman 366
Surat Al Ikhlas: 1 – 4



Kata Baku dan Tidak Baku

Sebuah kata dapat dinyatakan baku apabila kata tersebut digunakan sebagian besar masyarakat dalam situasi pemakaian bahasa yang bersifat resmi dan menjadi rujukan norma dalam penggunaannya. Sementara itu, sebuah kata dinyatakan tidak baku apabila kata itu menyimpang dari norma kosakata baku (misalnya munculnya unsur kedaerahan atau penyerapan kata asing yang tidak mengikuti kaidah yang berlaku).
Contoh kosakata:
No.
Tidak Baku
Baku
1.
Karir
Karier
2.
Isteri
Istri
3.
Ijin
Izin
4.
Aktip
Aktif
5.
Handal
Andal
Kosakata baku memiliki tiga sifat, yakni kebersisteman, kecendekiaan, dan keseragaman.


Kata Depan

Kata depan dalam bahasa Indonesia adalah di, ke, dan dari. Kata depan ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.  Akan tetapi, dalam kenyataannya masih banyak pengguna bahasa yang kurang dapat membedakan kata depan dengan awalan. Untuk mengatasi keraguan, pengguna bahasa dapat menentukan kata depan atau awalan dengan cara berikut:
1.     Jika bentuk kata “di” dapat digantikan oleh ”ke” dan ”dari” atau sebaliknya, makna kata ”di” tersebut termasuk kata depan dan harus dituliskan terpisah dari kata yang mengikutinya.
Contoh:
a.      Di samping saya terlihat banyak bangunan yang runtuh.
b.     Dari samping saya terlihat banyak bangunan yang runtuh.


   Kata Ulang

Kata ulang adalah bentuk kata yang dihasilkan dari proses perulangan dan dituliskan secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung. Menurut bentuknya kata ulang dibedakan menjadi empat jenis yaitu sebagai berikut:
1.     Kata ulang murni (perulangan kata dasar)
contoh: cepat-cepat, batuk-batuk, kadang-kadang.
2.     Perulangan berubah bunyi
contoh: bolak-balik, compang-camping, tindak-tanduk
3.     Perulangan berimbuhan
contoh: tolong-menolong, hormat-menghormati, keheran-heranan
4.     Perulangan sebagian. Kata ulang ini dalam bahasa Indonesia jumlahnya terbatas.
contoh: tetamu, lelaki, tetumbuhan.


Bentuk Singkatan dan Akronim

Singkatan adalah bentuk bahasa yang dipendekkan dari kata atau kelompok kata yang terdiri atas satu huruf atau lebih. Singkatan seperti itu banyak dijumpai pada nama diri, seperti nama lembaga dan nama orang, serta kata-kata umum dalam bahasa Indonesia. Singkatan tersebut dapat dituliskan dengan tanda titik atau tanpa tanda titik.
Contoh:
Singkatan tanpa tanda titik               Singkatan dengan tanda titik
SDM                                                 Dr. Ir. Priyono (gelar di depan)
BPUPKI                                           Bustanuddin, S.S. (gelar di belakang)
BPK                                                 A. S. Nungcik (singkatan nama di depan)
DPR                                                 Emi A.T. (singkatan nama di belakang)

Akronim merupakan singkatan dari deret kata yang dapat berbentuk gabungan huruf, suku kata, atau gabungan huruf dan suku kata. Hasil gabungan itu dianggap dan diperlakukan sebagai kata. Akronim dapat dibedakan atas akronim nama diri dan akronim bukan nama diri. Akronim yang berasal dari nama diri dituliskan dengan huruf awal kapital. Sedangkan akronim yang bukan nama diri dituliskan dengan huruf kecil.

Contoh akronim nama diri:
Depkes                 (Departemen Kesehatan)
Bappenas             (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional)
Kowad                 (Korps Wanita Angkatan Darat)

Contoh akronim bukan nama diri:
Amdal                  (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan)
Rapim                  (Rapat Pimpinan)
Waskat                 (Pengawasan Melekat)

Pemakaian tanda baca

Pemakaian tanda baca dalam ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan mencakup pengaturan (1) tanda titik, (2) tanda koma, (3) tanda titik koma, (4) tanda titik dua, (5) tanda hubung, (6) tanda pisah, (7) tanda elipsis, (8) tanda tanya, (9) tanda seru, (10) tanda kurung, (11) tanda kurung siku, (12) tanda petik, (13) tanda petik tunggal, (14) tanda ulang, (15) tanda garis miring dan (16) penyingkat (Apostrof).




sumber: