Bahasa
merupakan salah satu faktor pendukung kemajuan suatu bangsa karena bahasa
merupakan sarana untuk membuka wawasan bangsa (khususnya pelajar dan mahasiswa)
terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang. Dengan kata lain,
bahasa merupakan sarana untuk menyerap dan mengembangkan pengetahuan. Pada
umumnya, negara maju mempunyai struktur bahasa yang sudah modern dan mantap.
Pemodernan
bahasa merupakan suatu hal yang sangat penting. Di Jepang, misalnya, usaha pemodernan bahasa Jepang yang
dirintis sejak restorasi Meizi telah mampu menjadi katalisator perkembangan
ilmu dan teknologi di Jepang. Dengan pemodernan bahasa, semua sumber ilmu
pengetahuan dan teknologi dapat diterjemahkan ke dalam bahasa Jepang dengan
cermat sehingga wawasan berpikir bangsa Jepang dapat dikembangkan secara
intensif lewat usaha penerjemahan secara besar-besaran.
Bahasa Indonesia
memiliki setidaknya dua peranan yang masing masing peranan memiliki fungsi.
Peranan yang pertama yaitu peranan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara dan
peranan Bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional.
Seperti yang tercantum
pada Undang-undang 1945, bab XV,pasal 36, tertulis bahwa Bahasa Negara ialah
Bahasa Indonesia .
Fungsi Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa:
Sebagai
Bahasa Resmi kenegaraan, artinya Bahasa Indonesia sering digunakaan dalam
situasi-situasi formal. Seperti saat sidang MPR, dapat dibayangkan bagaimana
bila pemimpin sidang tersebut menggunakan bahasa daerahnya tentu apa yang
menjadi tujuan sidang tidak akan tersampaikan karena hanya sebagian orang yang
mengerti.
Sebagai bahasa Pengantar pendidikan, sama
halnya seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Dalam situasi formal seperti
di sekolah, pengunaan Bahasa Indonesia tentu sangat diperlukan agar isi
informasi dapat tersampaikan. Walaupun tidak menutup kemungkinan seorang
pengajar menggunakan bahasa daerah yang umum agar pembelajaran terasa lebih
akrab.
Sebagai
Alat penghubung tingkat nasional, sebagai Negara yang terdiri dari berbagai
suku bangsa, tentunya yang juga berbagai bahasa, dalam event nasional
diperlukan bahasa penghubung yang dapat dimengerti oleh semua orang.
Sebagai Alat pengembang Ilmu pengetahuan dan
Teknologi, contohnya dalam sebuah skripsi atau tesis yang wajib menggunakan
Bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Fungsi Bahasa Indonesia
sebagai Bahasa Negara Nasional yaitu:
Sebagai Lambang kebanggaan bangsa, tentu kita
patut bangga pada Bahasa Indonesia karena tidak semua Negara di dunia ini
memiliki bahasa nasional. Seperti Negara singapura yang didalamnya tidak
menggunakan bahasa singapura melainkan bahasa inggris.
Sebagai
Identitas Bangsa, bila kita menggunakan Bahasa Indonesia di luar negeri
masyarakat disana pasti akan langsung mengenali bahasa tersebut dari Indonesia
karena tidak ada Negara lain yang menggunakan Bahasa Indonesia.
Alat pemersatu dan penghubung antar
daerah, artinya Bahasa Indonesia menjadi pemersatu bahasa Tradisional yang
terdapat di Indonesia.
Peranan Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Negara:
1. Bahasa sebagai alat komunikasi.
2. Bahasa sebagai alat pengekspresian diri.
3. Bahasa sebagai kontrol sosial.
4. Bahasa sebagai alat intergrasi dan adaptasi sosial dalam lingkungan.
Setelah mengetahui
Bahasa Indonesia memiliki peranan penting bagi kehidupan, apakah kita semakin
tertarik menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar? Muncul suatu
pertanyaan apakah sebenarnya yang dimaksud Bahasa Indonesia yang baik dan benar
itu?. Sesungguhnya pengertian bahasa yang baik dan benar bukanlah berarti kita
mengunakan bahasa yang resmi dimanapun kita berada.
Sebagai
contoh, pernahkah kita merasakan canggung bila menggunakan bahsa Indonesia
resmi dalam percakapan sehari-hari antar teman? Jawabannya tentu saja ya. Hal
ini dapat menunjukan bahasa yang baik adalah bahasa yang pengunaannya tepat dan
sesuai dengan situasi dan kondisi yang sedang terjadi. Sementara bahasa yang
benar adalah bahasa konsisten menerapkan kaidah-kaidah bahasa semacam EYD.
2.1 Ragam Bahasa
Ragam Bahasa itu sendiri ialah
variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik yang
dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan,
serta menurut medium pembicara. Ragam bahasa yang oleh penuturnya dianggap
sebagai ragam yang baik , yang biasa digunakan di kalangan terdidik, di dalam
karya ilmiah (karangan teknis, perundang-undangan), di dalam suasana resmi,
atau di dalam surat menyurat resmi (seperti surat dinas) disebut ragam bahasa
baku atau ragam bahasa resmi.
Menurut Dendy Sugono (1999 : 9),
bahwa sehubungan dengan pemakaian bahasa Indonesia, timbul dua masalah pokok,
yaitu masalah penggunaan bahasa baku dan tak baku. Dalam situasi remi, seperti
di sekolah, di kantor, atau di dalam pertemuan resmi digunakan bahasa baku.
Sebaliknya dalam situasi tak resmi, seperti di rumah, di taman, di pasar, kita
tidak dituntut menggunakan bahasa baku.
Macam dan jenis ragam
bahasa:
1. Ragam bahasa pada
bidang tertentu seperti bahasa istilah hukum, bahasa sains, jurnalistik,
dsb.
2. Ragam bahasa pada perorangan atau idiolek
seperti gaya bahasa mantan presiden soeharto, gaya bahasa binyamin s, dsb.
3. Ragam bahasa pada
sekelompok anggota masyarakay suatu wilayah seperti dialeg bahasa madura,
medan, sunda, dll.
4. Ragam bahasa pada masyarakat suatu golongan
seperti ragam bahasa orang akademisi berbeda dengan ragam bahasaorang
jalanan.
5. Ragam bahasa pada
bentuk bahasa seperti bahasa lisan dan bahasa tulisan.
6. Ragam bahasa pada
suatu situasi seperti ragam bahasa formal dan informal.
Bahasa
lisan lebih ekspresif dimana mimik, intonasi, dan gerakan tubuh dapat bercampur
menjadi satu untuk mendukung komunikasi yang dilakukan. Lidah setajam pisau
atau silet oleh karena itu sebaiknya dalam berkata-kata sebaiknya tidak
sembarangan dan menghargai serta menghormati lawan bicara atau target
komunikasi. Bahsa isyarat atau gestur atau bahasa tubuh adalah salah satu cara
berkomunikasi melalui gerakan-gerakan tubuh. Bahasa isyarat digunakan permanen
oleh penyandang cacat karena mereka mempunyai bahasa sendiri.
Banyak
situasi yang menyebabkan bahasa punah. Sebuah bahasa punah ketika bahasa itu
berubah bentuk menjadi famili bahasa-bahasa lain.Orang indonesia kini boleh
jadi tidak mengerti bahasa melayu yang digunakan di indonesia awal abad ke-20.
Karena bahasa indonesia saat ini berasal dari bahasa melayu yang telah
mengalami infusi kata-kata bahasa asing. Bisa dikatakan bahasa melayu
bermetamorfosis dalam bahasa indonesia. Kelak kalau bahasa indonesia makin
berkembang dan demikian pula bahasa melayu malaysia kemungkinan bahasa melayu
akan punah. Karena pengaruh globali sasi dan IPTEK menyebabkan masyarakat
indonesia menganggap bahasa indonesia itu :
* Tidak gaul.
* Terlalu formal.
Rapuhnya bahasa indonesia disebabkan :
* Tergerus arus
globalisasi.
* Kemungkinan banyak
oran yang tidak menyukai peraturan bahasa indonesia.
* Tidak adanya relasi
masyarakat dengan pemerintah tentang pembudidayaan.
Selain bahasa asing,
bahasa daerah juga memberi pengaruh pada perkembangan bahasa indonesia. Karena
bahasa indonesia mungkin dianggap terlalu formal untuk dipakai sehair-hari.
Tidak apa-apa sebenarnya bahasa asing menyerap kedalam bahasa indonesia.
Sebagai bahasa yang terbuka, bahasa indonesia harus luwes menerima unsur bahasa
lain.
Bahasa indonesia mengenal dua macam serapan yakni
:
* Unsur asing yang
belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa indonesia.
* Unsur asing yang
pengucapan dan penulisannya telah disesuaikan dengan kaidah bahasa indonesia.
Ragam dari segi sudut pandangan bidang atau pokok
persoalan :
Ragam Bahasa Bisnis
Ragam
bahas bisnis adalah ragam bahasa yang digunakan dalam berbisnis, yang biasa
digunakan oleh para pebisnis dalam
menjalankan bisnisnya
Ragam Bahasa Hukum
Ragam
bahasa hukum adalah bahasa Indonesia yang corak penggunaan bahasanya khas dalam
dunia hukum, mengingat fungsinya mempunyai karakteristik tersendiri, oleh
karena itu bahasa hukum Indonesia haruslah memenuhi syarat-syarat dan
kaidah-kaidah bahasa Indonesia.
Ragam Bahasa Fungsional
Ragam
bahasa fungsional adalah ragam bahasa yang dikaitkan dengan profesi, lembaga,
lingkungan kerja atau kegiatan tertentu lainnya. Ragam fungsional juga
dikaitkan dengan keresmian keadaan penggunaannya.
Ragam Bahasa Sastra
Ragam
bahasa sastra adalah ragam bahasa yang banyak menggunakan kalimat tidak
efektif. Penggambaran yang sejelas-jelasnya melalui rangkaian kata bermakna
konotasi sering dipakai dalam ragam bahasa sastra.
Ragam Bahasa Tulis
Adalah
ragam bahasa yang digunakan melalui media tulis, tidak terkait ruang dan waktu
sehingga diperlukan kelengkapan struktur sampai pada sasaran secara visual atau
bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur
dasarnya. Dalam ragam tulis, kita berurusan dengan tata cara penulisan dan
kosakata.
Ragam Bahasa Berdasarkan Penutur
1. Ragam
daerah disebut (logat/dialek). Luasnya pemakaian bahasa dapat menimbulkan
perbedaan pemakaian bahasa. Bahasa Indonesia yang digunakan oleh orang yang
tinggal di Jakarta berbeda dengan bahasa Indonesia yang digunakan di Jawa
Tengah, Bali, Jayapura, dan Tapanuli. Masing-masing memilikiciri khas yang
berbeda-beda. Misalnya logat bahasa Indonesia orang Jawa Tengah tampak
padapelafalan/b/pada posisiawal saat melafalkan nama-nama kota seperti Bogor,
Bandung, Banyuwangi, dll. Logat bahasa Indonesia orang Bali tampak pada
pelafalan /t/ seperti pada kata ithu, kitha, canthik, dll.
2. Ragam
pendidikan adalah Bahasa Indonesia yang digunakan oleh kelompok penutur
yang berpendidikan berbeda dengan yang tidak berpendidikan, terutama dalam
pelafalan kata yang berasal dari bahasa asing, misalnya fitnah,
kompleks,vitamin, video, film, fakultas. Penutur yang tidak berpendidikan
mungkin akan mengucapkan pitnah, komplek, pitamin, pideo, pilm, pakultas.
Perbedaan ini juga terjadi dalam bidang tata bahasa, misalnya mbawa seharusnya
membawa, nyari seharusnya mencari. Selain itu bentuk kata dalam kalimat pun
sering menanggalkan awalan yang seharusnya dipakai.
2.2 EYD (Ejaan Yang
Disempurnakan) Dan Tanda Baca
Ejaan
yang disempurnakan memuat kaidah-kaidah bahasa Indonesia, seperti penulisan huruf, penulisan kata, penulisan
tanda baca dan penulisan unsur serapan. Penulisan huruf berkaitan dengan aturan
penulisan nama diri, nama jenis, nama sebutan dan huruf pada lambang bilangan.
Penulisan kata berkaitan dengan aturan penulisan kata baku, kata depan, kata
ulang, gabungan kata dan bentuk singkatan/akronim. Penggunaan tanda-tanda baca
dan aturan penyerapan kata asing yang menjadi kosakata bahasa Indinesia. EYD ini hendaknya menjadi acuan/patokan dalam
berbahasa Indonesia agar tidak terjadi kesalahan.
Nama diri yang diatur
penulisannya dalam pedoman umum EYD berhubungan dengan :
1.
nama gelar kehormatan, keturunan, keagamaan, dan gelar keilmuan yang diikuti
nama orang
contoh kalimat:
a. Doktor cendekiawan
dikenal sebagai pemberi harapan palsu.
b. Haji sandhi
seorang yang pintar dalam berhitung.
2.
nama jabatan pangkat yang diikuti nama orang, instansi atau tempat
contoh kalimat:
a.
Walikota depok membuat
peraturan satu hari tanpa nasi.
b. Kolonel
sandhhi faturahman adalah colonel terbaik.
3.
nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa
contoh kalimat:
a.
Pulau Jawa terpadat penduduknya di Indonesia.
b. Bahasa
Indonesia belum menjadi tuan rumah di negaranya sendiri.
4.
nama tahun, bulan, hari, hari raya dan peristiwa sejarah
contoh kalimat:
a. tragedi mina terjadi pada tahun 1436 Hijriah.
b.
pada tahun 2014 real Madrid menjadi juara liga champion untuk yang ke 10.
5.
nama khas geografi
contoh kalimat:
a.
Salah satu daerah pariwisata di Sumatera adalah Danau Toba.
b.
Pulau Jawa dan Pulau Sumatera dihubungkan oleh Selat Sunda.
6.
nama buku, majalah, surat kabar dan judul karangan
contoh kalimat:
a.
Ayu Utami mengarang novel Saman.
b.
“Kiat Mengatasi Gejala Penyakit Kejiwaan”.
Huruf pada nama
julukan atau sebutan
Nama julukan atau
sebutan lain dari sebuah nama diri diperlakukan sebagai nama diri dan
dituliskan dengan huruf awal kapital.
Contoh kalimat:
a.
Dia tinggal di Bandung, yang mendapat julukan Kota Kembang
b.
Aceh (Serambi Mekah) dikejutkan oleh peristiwa gempa bumi dan tsunami.
c.
Dia lebih dikenal sebagai Pak Raden daripada Suryadi.
Kota Kembang, Serambi
Mekah, dan pak Raden dituliskan dengan huruf awal kapital karena digunakan
sebagai pengganti nama diri atau sebagai nama lain.
Huruf pada lambang
bilangan
Angka digunakan untuk
menuliskan lambing bilangan atau nomor yang dinyatakan dengan angka Arab
(1,2,3,4…) atau angka Romawi (I,II,III,IV…). Kaidah penggunaan angka
antara lain untuk:
1.
menyatakan ukuran panjang, berat, luas dan isi. Misalnya 5 meter, 2 ons dan 100
meter
2. menyatakan satuan waktu, misalnya 5 jam 30
menit
3. menyatakan nilai uang, misalnya Rp 5.000,00,
US$ 2,500.00, 100 yen
4. menyatakan kuantitas, misalnya 30 persen, 27
murid
5. melambangkan nomor yang diperlukan pada
alamat. Misalnya Cempaka Putih Tengah IV, No. 53.
6. memberi nomor bagian karangan dan ayat suci,
misalnya
Bab IX, subbab 13,
halaman 366
Surat Al Ikhlas: 1 – 4
Kata Baku dan Tidak
Baku
Sebuah kata dapat
dinyatakan baku apabila kata tersebut digunakan sebagian besar masyarakat dalam
situasi pemakaian bahasa yang bersifat resmi dan menjadi rujukan norma dalam
penggunaannya. Sementara itu, sebuah kata dinyatakan tidak baku apabila kata
itu menyimpang dari norma kosakata baku (misalnya munculnya unsur kedaerahan
atau penyerapan kata asing yang tidak mengikuti kaidah yang berlaku).
Contoh kosakata:
No.
|
Tidak Baku
|
Baku
|
1.
|
Karir
|
Karier
|
2.
|
Isteri
|
Istri
|
3.
|
Ijin
|
Izin
|
4.
|
Aktip
|
Aktif
|
5.
|
Handal
|
Andal
|
Kosakata baku memiliki
tiga sifat, yakni kebersisteman, kecendekiaan, dan keseragaman.
Kata Depan
Kata depan dalam
bahasa Indonesia adalah di, ke, dan dari. Kata depan ditulis terpisah dari kata
yang mengikutinya. Akan tetapi, dalam kenyataannya masih banyak pengguna
bahasa yang kurang dapat membedakan kata depan dengan awalan. Untuk mengatasi keraguan,
pengguna bahasa dapat menentukan kata depan atau awalan dengan cara berikut:
1.
Jika bentuk kata “di” dapat digantikan oleh ”ke” dan ”dari” atau sebaliknya,
makna kata ”di” tersebut termasuk kata depan dan harus dituliskan terpisah dari
kata yang mengikutinya.
Contoh:
a.
Di samping saya terlihat banyak bangunan yang runtuh.
b.
Dari samping saya terlihat banyak bangunan yang runtuh.
Kata
Ulang
Kata ulang adalah
bentuk kata yang dihasilkan dari proses perulangan dan dituliskan secara lengkap
dengan menggunakan tanda hubung. Menurut bentuknya kata ulang dibedakan menjadi
empat jenis yaitu sebagai berikut:
1.
Kata ulang murni (perulangan kata dasar)
contoh: cepat-cepat,
batuk-batuk, kadang-kadang.
2.
Perulangan berubah bunyi
contoh: bolak-balik,
compang-camping, tindak-tanduk
3.
Perulangan berimbuhan
contoh:
tolong-menolong, hormat-menghormati, keheran-heranan
4.
Perulangan sebagian. Kata ulang ini dalam bahasa Indonesia jumlahnya terbatas.
contoh: tetamu,
lelaki, tetumbuhan.
Bentuk Singkatan dan
Akronim
Singkatan adalah
bentuk bahasa yang dipendekkan dari kata atau kelompok kata yang terdiri atas
satu huruf atau lebih. Singkatan seperti itu banyak dijumpai pada nama diri,
seperti nama lembaga dan nama orang, serta kata-kata umum dalam bahasa
Indonesia. Singkatan tersebut dapat dituliskan dengan tanda titik atau tanpa
tanda titik.
Contoh:
Singkatan tanpa tanda
titik
Singkatan dengan tanda titik
SDM
Dr. Ir. Priyono (gelar di depan)
BPUPKI
Bustanuddin, S.S. (gelar di belakang)
BPK
A. S. Nungcik
(singkatan nama di depan)
DPR
Emi A.T. (singkatan
nama di belakang)
Akronim merupakan
singkatan dari deret kata yang dapat berbentuk gabungan huruf, suku kata, atau
gabungan huruf dan suku kata. Hasil gabungan itu dianggap dan diperlakukan
sebagai kata. Akronim dapat dibedakan atas akronim nama diri dan akronim bukan
nama diri. Akronim yang berasal dari nama diri dituliskan dengan huruf awal
kapital. Sedangkan akronim yang bukan nama diri dituliskan dengan huruf kecil.
Contoh akronim nama
diri:
Depkes
(Departemen Kesehatan)
Bappenas
(Badan Perencanaan Pembangunan Nasional)
Kowad
(Korps Wanita Angkatan Darat)
Contoh akronim bukan
nama diri:
Amdal
(Analisis Mengenai Dampak Lingkungan)
Rapim
(Rapat Pimpinan)
Waskat
(Pengawasan Melekat)
Pemakaian tanda baca
Pemakaian tanda baca
dalam ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan mencakup pengaturan (1) tanda
titik, (2) tanda koma, (3) tanda titik koma, (4) tanda titik dua, (5) tanda
hubung, (6) tanda pisah, (7) tanda elipsis, (8) tanda tanya, (9) tanda seru,
(10) tanda kurung, (11) tanda kurung siku, (12) tanda petik, (13) tanda petik
tunggal, (14) tanda ulang, (15) tanda garis miring dan (16) penyingkat
(Apostrof).
sumber:
http://syifaauziyah.blogspot.co.id/2014/10/peranan-dan-fungsi-bahasa-indonesia.html
htmlhttps://id.wikipedia.org/wiki/Ragam_bahasa
http://tugasmanajemen.blogspot.co.id/2011/03/pengertian-bahasa-fungsi-bahasa-ragam.
htmlhttps://id.wikipedia.org/wiki/Ragam_bahasa
http://tugasmanajemen.blogspot.co.id/2011/03/pengertian-bahasa-fungsi-bahasa-ragam.